Komentar
Cara Memasang Tombol Share Atau Bagikan Ke facebook, twitter, google+ di blog
Sabtu, 22 September 2012
perkembangan islam pada zaman bani abbasiyah
PENDAHULUAN
Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdi Manaf meninggalkan beberapa orang
putera. Diantaranya Abdullah (ayahanda Nabi
MuhammadS.A.W), Abbas dan Abu Talib.Akan tetapi yang mempunyak keturunan banyak hanyalah
Abbas dan Abu Thalib.Mereka berdua menurunkan keluarga besar yang tersebar
seantero Daulat Islam, dari ujung Barat Afrika-Utara sampai ke negeri-negeri
Asia-Tengah.
Abbas dilahirkan tiga tahun sebelum
tahun gajah.Berarti lebih tua tiga tahun dari Rasulullah.Ibunya bernama Nutailah
binti Janab.Abbas seorang pemuka Bani Hasyim dan seorang cendikia suku
Quraisy.Ia sahabat karib Abu Sufyan bin Harb. Dikala agama Islam mulai
disiarkan Nabi, dia menjadi penolong Nabi yang mukhlis.Ia dimuliakan dan
dicintai Rasulullah s.a.w. dan Khalifah-khalifah setelahnya. Ia wafat pada masa
pemerintahan Utsman bin Affan.
Abdullah bin Abbasadalah
putera kedua dari Abbas. Ia lahir dua tahun sebelum Hijrah. Ketika Nabi wafat
umurnya baru tiga belas tahun.Ia kekasih dan kesayangan Nabi. Di zaman Umar bin
Khattab ia menjadi anggota dewan penasehat Khalifah yang istimewa. Sekalipun
ketika itu usianya masih amat muda, tapi kerap kali Umar menanyakan hukum-hukum
dan berbagai masalah kepadanya. Dari keturunan Abdullah inilah lahir keluarga
Abbasiyah, dan saudara-saudaranya yang lain tidak mempunyai keturunan.
Ali bin Abdullah adalah
salah satu putera Abdullah. Ia lahir dimalam terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi
Talib. Untuk memperingati kematian itu maka Abdullah memberi nama puteranya
dengan Khalifah itu.
Muhammad bin Ali adalah
sulung dari 20 putera laki-laki Muhammad dan 11 putera wanitanya. Dia inilah
ayahanda Ibrahim al-Imam, Abul Abbas Assafah dan Abu Ja’far al-Manshur.Dan tiga
putera Muhammad inilah yang menjadi tulang-punggung Daulat Abbasiyah.
KELAHIRAN DAULAH ABBASIYAH
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut
dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai
puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan.Selain itu
juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan
banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.Fenomena ini
kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan
berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.Bani Abbas mewarisi
imperium besar Bani Umayah.Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil
lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah
yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan
dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara
lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam,
termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum
mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi
banyak kerusuhan .
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa.Khalifah itu dikenal
memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah.Keturunan Bani
Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan
bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah
Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak
dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan
pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat
rahasia.Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut
yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga
dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah.Setelah Imam
Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah
bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam
gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu
Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan
cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih
ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas
pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam
mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai
makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang
waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya
pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau
As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan
terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri
Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah,
yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke
daratan Spanyol.Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan
Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil
mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat
pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah
pertama.Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M)
memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan
lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad
lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan
Daulah Umayah.Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para
bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta.Mereka
gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih
cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama
Islam .Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang
tinggi serta taat beragama.
A.
PERKEMBANGAN
ISLAM PERIODE KLASIK PADA MASA KHALIFAH BANI ABBASYIAH
Dinasti Bani
Abbasiyah yang berkuasa sejak tahun (132-656 H /
750-1258 M) perkembangan dari kemajuan sosial budaya yang terjadi pada masa
pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah :
1.
KEMAJUAN DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA
Selama masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah (750-1258 M). diantara
perkembangannya adalah dalam bidang :
a.
Seni Bangunan dan
Arsitektur Masjid
Masjid merupakan bangunan tempat ibadah umat islam yang merupkn wakil
menonjol dari Arsitektur islam. Masjid yang dirikan pada masa pemerintahan Bani
Abbas adalah bangunan masjid Samarra, di Bagdad.
Masjid
Samarra adalah tiang-tiang yang di pasang beratap lengkung. Tiang-tiang
tersebut dibangun menggunakan batu bata.
b.
Seni bangunan kota
Seni bangunan islam masih mempunyai cirri khas dan gaya tersendiri,
dalam pintu pilar, lengkung kubah, hiasan lebih bergantung (muqarnas hat).
Pemerintah dinasti Abbasiyah adalah kota Bagdad, yang dibangun oleh Abu
ja’far al-Mansur (136-158 H/754-775). Tempat lokasi ditepi sungai Eufrat
(Furat) dan Dajlah (Tigris). Pembangunan ini diarsiteki oleh Hajjaj bin Artbab
dan Amran bin Wadldlah, tenaga kerja yang dibutuhkan .
Istana khalifah al-Manshur dipusat kota bernama Qashru al-Dzahab
(istana keemasan)yang luasnya sekitar 160.000 Hasta persegi. Masjid Jami’
didepannya memiliki luas areal sekitar 40.000 hasta persegi,” Istana dan Masjid
merupakan simbol kota.
Sekitar
tahun 157 H, khalifah al-Mansur membangun istana baru diluar kota yang diberi
nama Istana ABADI (Qasbrul Khuldi) khalifah al-Mansur membagi kota Bagdad
menjadi empat daerah, yang masing-masing daerah dikepalai oleh seorang naib
amir (wakil gubernur) dan tiap-tiap daerah diberi hak mengurusi wilayah sendiri
yaitu daerah otonom.
2.
PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN BAHASA SASTRA
Perkembangan seni bahasa dan kemajuan, baik puisi maupun prosa kemajuan
yang cukup berarti. Salah satu perhatian besar bani Abbas dan juga para ahli
bagian Seniman. Berikut uraian singkatnya :
a.
Perkembangan puisi
Berbeda
dengan masa pemerintahan bani Umayah yang belum banyak.
Penyair pada masa pemerintahan bani Umayah, masih kental dalam keaslian
warna Arabnya, sedangkan sastrawan pada zaman pemerintahan Bani Abbas, telah
melakukan perubahan kekuasaan tersebut. Mereka telah mampu mengombinasikannya
dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi arab dari tradisi Arab. Oleh
karena itu wajar kalau kemudian pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak
bermunculan penyair terkenal. Diantara mereka adalah sebagai berikut :
1.
Abu Nawas (145-198 H) nama aslinya
adalah Hasan bin Hani
2.
Abu’ At babiyat (130-211 H)
3.
Abu Tamam (wafat 232 H) nama
aslinya adalah Habib bin Auwas atb-Tba’i
4.
Dabal al-kbuza’I (wafat 246 H)
nama aslinya adalah Da’bal bin Ali Razin dari Kbuza’ab. Penyair besar yang
berwatak kritis.
5.
Al-Babtury (206-285 H) nama
aslinya adalah Abu Ubadab Walid al Babtury al-Qubtbany atb-tba’i.
6.
Ibnu Rumy (221-283 H). nama
aslinya adalah Abu Hasan Ali bin Abbas. Penyair yang berani menciptakan
tema-tema baru
7.
Al-Matanabby (303-354 H) nama
aslinya adalah Abu Thayib Ahmad bin Husin al-Kuft penyair istana yang haus
hadiah, pemuja yang paling handal.
8.
Al-Mu’arry (363-449 H) nama
aslinya Abu A’la al-Mu’arry. Penyair berbakat dan berpengetahuan luas
b.
Perkembangan prosa
Pada masa
pemerintahan dinasti bani Abbasiyah telah terjadi perkembangan yang sangat
menarik dalam bidang prosa. Banyak buku sastra novel, riwayat, kumpulan
nasihat, dan uraian-uraian sastra yang dikarang atau disalin dari bahasa asing.
1.
Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun
143 H) buku prosa yang dirintis diantaranya Kalilab wa Dimnab, kitab ini
terjemahan dari bahasa sansekerta. Karya seorang filosuf india bernama Baidaba
dia menyalin menjadi bahasa arab.
2.
Abdul Hamid al – katib. Ia
dipandang sebagai pelopor seni mengarang surat.
3.
Al-Jabidb (wafat 255H). karyanya
ini memiliki nilai sastra tinggi, sehinggamenjadi bahasa rujukan dan bahan
bacaan bagi para sastrawan kemudian.
4.
Ibnu Qutaibab (wafat 276 H). ia
dikenal sebagai ilmuan dan sastrawanyang sangat cerdas dan memiliki pengetahuan
yang sangat luas tentang bahasa kesusastraan.
5.
Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H) ia
seorang penyair yang berbakat yang memiliki kecendrungan kesajak drama. Sesuatu
yang sangat langka dalam tradisi sastra arab. Karya terkenalnya adalah al-Aqdul
Farid, semacam ensiklopedia Islam yang memuat banyak Ilmu pengetahuan Islam.
3.
PERKEMBANGAN SENI MUSIK
Pada umumnya orang Arab memiliki bakat musik, sehingga seni suara atau
seni musik menjadi suatu keharusan bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Hal ini
terus berkembang pada masa Bani Umayah hingga Abbasiyah. Pada masa pemerintahan
dinasti bani Abasiyah, music islam mengalami kejayaan.
a.
Penyusun Kitab Musik
Diantara para pengarang karya kitab music adalah sebagai berikut :
1.
Yunus bin Sulaiman (wafat tahun
765 M) Beliau adalah pengarang teori music pertama dalam islam. Karya musiknya
sangat bernilai, sehingga banyak musikus eropa yang meniru.
2.
Kbalib bin Abmad (wafat tahun 791
M). beliau mengarang buku-buku teori musik mengenai not dan irama. Dijadikan
sebagai bahan rujukan bagi sekolah-sekolah tinggi musik diseluruh dunia.
3.
Ishak bin Ibrahim al-Mousuly
(wafat tahun 850 M). ia telah berhasil memperbaiki musik jahiliyah dengan
sistim baru. Dia mendapat gelar Raja Musik.
4.
Hunain bin Isbak (wafat tahun 873
M). Ia telah berhasil menerjemahkan buku-buku teori musik karangan Plato dan
Aristoteles.
5.
Al-Farbii selain sebagai seorang
filosuf, ia juga dikenal sebagai seniman dan ahli music. Karyanya banyak
diterjemahkan kedalam bahasa Eropa dan menjadi bahan rujukan bagi para seniman
dan pemusik Eropa.
b.
Pendidikan Musik.
Para khalifah dan pembesar istana Bani Abbas memiliki perhatian yang
sangat besar terhadap musik. Sekolah music yang paling baik adalah sekolah
music yang didirikan oleh Sa’aduddin Mukinin. Karyanya berjudul Syarafiya,
menjadi bahan rujukan dan dikagumi masyarakat music dunia barat.Latar
belakangnya penyebab maraknya lembaga pendidikan music bermunculan adalah
karena kemampuan bermain musik menjadi salah satu syarat untuk menjadi pegawai
atau untuk memperoleh pekerjaan dilembaga pemerintahan.
4.
KEMAJUAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, pendidikan dan pengajaran mengalami
kemajuan yang gemilang. Pada masa itu prioritas umat islam mampu membaca dan
menulis, pada masa ini pendidiakan dan pengajaran diselenggarakan dirumah-rumah
penduduk dan ditempat-tempat umum lainnya misalnya Muktab.
Menurut keterangan yang ada, terdapat sekitar 30.000 masjid yang
sebagian besar dipergunakan sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran tingkat
dasar, kurikulum pendidikan pendidikan pada tingkat dasar terdiri pelajaran
membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip-prionsip dasar matematika dan
pelajaran syair. Sedangkan pendidikan tingkat menengah terdiri dari pelajaran
taysir Al - Qur’an pembahasan kandungan Al - Qur’an, Sunah Nabi, Fiqih, dan
Ushul Fiqh, kajian ilmu kalam (teologi), ilmu Mntiq (retorika) dan kesustraan,
pada pelajaran tingkat tinggi mengadakan pengkajian dan penelitian mandiri
dibidang astronomi, geografi dunia, filsafat, geometri, musikdan kedokteran.
5.
KEMAJUAN BANI ABBASIYAH DALAM ILMU PENGETAHUAN
Dinasti bani Abbasiyah yang berkuasa sekitar lima abad lebih, merupakan
salah satu dinasti islam yang sangat peduli didalam upaya pengembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban islam. Bani Abbasiyah telah menyiapkan segalanya,
diantara fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat riset d dan terjemah.
Para ilmuan digaji sangat tinggi dan kebutuhan hidupnya dijamin oleh Negara.
Bahkan khalifah Bani Abbasiyah meminta siapa saja termasuk para pejabat dan
tentara untuk mencari naskah-naskah yang berisi ilmu pengetahuan dan peradaban
untuk dibeli dan diterjemahkan menjadi bahasa arab.
B.
PERISTIWA
– PERISTIWA PENTING DAN TOKOH – TOKOH YANG BERPRESTASI DALAM PERKEMBANGAN ISLAM
PERIODE KLASIK
A. Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial
1.
Sistem Politik dan
Pemerintahan
Khalifah
pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri
Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang
Penumpah Darah.Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan
meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah.Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan
berkembang sebagai system politik.Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang
Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam masalah sosial ddan
pilitik diskriminas. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”,
pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan
kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih
dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur
dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya
Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat
perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting
di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga
beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa
sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu :
a.
Para Khalifah tetap dari
keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
b.
Kota Bagdad dijadikan sebagai
ibu kota negara, ang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan
ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut
agama lain.
c.
Ilmu pengetahuan dianggap
sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.
d.
Kebebasan berpikir sebagai hak
asasi manusia.
2.
Sistem Sosial
Pada masa
ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti
Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat
mencolok, yaitu :
a.
Tampilnya kelompok mawali dalam
pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan sosial
b.
Kerajaan Islam Daulah
Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam,
Jazirah Arab dll.)
c.
Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d.
Terjadinya pertukaran
pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .
B. Kejayaan Daulah Abbasiyah
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban
Islam.Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan
ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di
dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik
agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban
juga didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunua timur
dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah
awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam
1.
Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan
sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip
berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab
mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah
Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama
filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan
pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga
membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan
terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran.Kemudian naskah-naskah
filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan.Dalam masa keemasan,
karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran.
Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa
puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap
kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu
ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang
namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yangberfungsi sebagai pusat
pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa harun ar-rasyid diganti nama menjadi
Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan
dan pusat penelitian. Pada masa al-ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya
menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu
sebagaitempatpenyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium,
dan bahkan dari Ethiopia danIndia. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis
Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai
perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan
matematika.
2.
Dalam bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran
filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri,
astronomi, dan juga teologia.Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk
diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita
kenal dengan julukan Hujjatul Islam.
3.
Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah
digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri sepertikain
linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand, serta
berbagai produk pertanian sepertigandum dari mesir dan kurma dari iraq.
Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah
kekuasaan Abbasiyahdan Negara lain.
Karena industralisasi yang
muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi.Selain itu,
perdagangan barang tambang juga semarak.Emas yang ditambang dari Nubia dan
Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan
wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting.Secara bersamaan dengan
kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak
kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara keduanya menambah semaraknya
kegiatan perdagangan dunia.
4.
Dalam bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani
Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu
metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, aitu
tafsir bir ra’i dan tafsir bil ma’tsur .
Dalam bidang hadits, pada masa
ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para
sahabat.Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul
yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum
Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali
(w.122 H/740 M)yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung yang
pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767).meskidiangap sebagai pendiri madzhab
hanafi,karya-karyanya sendiri tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya yang
berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah
Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkankarena ditulis oleh para
muridnya.
C. Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Tak ada gading ang tak retak.Mungkin pepatah
inilah ang sangat pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani
Abbasiah.Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan
dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya
runtuh.
Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab
keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu
1.
Faktor Internal
a.
Mayoritas kholifah Abbasyiah
periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan
kewajiban mereka terhadap negara.
b.
Luasnya wilayah kekuasaan
kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan.
c.
Semakin kuatnya pengaruh
keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan
atas posisi mereka.
d.
Dengan profesionalisasi
angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
e.
Permusuhan antar kelompok suku
dan kelompok agama.
f.
Merajalelanya korupsi
dikalangan pejabat kerajaan.
2.
Faktor Eksternal
a.
Perang Salib yang berlangsung
beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
b.
Penyerbuan Tentara Mongol
dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh
Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan
Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
C.
MENGAMBIL
IBRAH DARI PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KHALIFAH BANI ABBASYIAH
Ibrah
perkembangan kebudayaan pemerintahan bani Abbasiyah
Hikmah
yang dapat diambil dari apa saja yang terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah untuk kemajuan ilmu agama bagi umat islam
diantaranya sebagai berikut:
a. Dengan
adanya perkembangan dan kemajuan ilmu-ilmu agama kita dapat mengetahui dengan
sebenar-benarnya ajaran yang disampaikan oleh Rosulullah saw untuk umatnya.
b. Untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akherat seharusnya kita dalam melaksanakan
segala sesuatu harus bersumber pada Al-qur'an dan Hadits. Semua amalan yang
tidak ada sumber hukumnya baik dari Al-qur'an, hadits ataupun Nash harus kita
tinggalkan demi kokohnya keimanan kita terhadap Allah. Menempatkan Agama
sebagai tolak ukur kebenaran dalam pemerintahan dan keadilan aturan hukum.
c. Mempelajari
sejarah bani Abbasiyah kita dapat mengetahui bahwa dari Dinasti Abbasiyah
terdapat Khalifah-kahlifah yang benar-benar berpedoman pada Al-qur'an sehingga
menuai kemakmuran dan mencapai puncak kejayaanya.
d. Pada
masa Dinasti Abbasiyah yaitu pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, agama
diutamakan dalam menjalankan roda pemerintahan. Oleh karena itu kenajuan dan
perdamaian serta barakah dapat terwujud.
e. Allah
telah menjanjikan kepada umatnya agar selalu bertakwa. Oleh karena itu, Allah
akan menurunkan barakah dari langit yang tiada terkira. Namun, kebanyakan
manusia tidak mampu mewujudkan syukur kepada yang maha pemberi kenikmatan.
D.
MENELADANI
TOKOH – TOKOH YANG BERPRESTASI DALAM PERIODE KHALIFAH BANI ABBASYIAH
1.
Bidang Astronomi
Ilmu Perbintangan/Astronomi juga mendapat perhatian serius dari para
ilmuan muslim ketika itu. Karena itu mereka terus melakukan kajian untuk
mengembangkan ilmu tersebut. Sementara itu, Habasyi al-Hasib al-Marwazi telah
melakukan observasi sejak usia 15 tahun. Ia memimpin penyusunan 3 tabel Zij
Al-Makmun (Tabel Al-Makmun) pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun. Tabel
pertama mengkritik metode al-Khawarizmi, kedua menulis tentang al-Ziz
Al-Mumtahan, ketiga al-Zij As-Syah. Al Marwazi juga menulis beberapa karya
astromoni yang dikutip dalam Fihrist (indeks) karya al-Nadim.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Astronomi :
a.
Al-Fazari, astronom Islam yang
pertama kali menyusun astrolobe
b.
Al- Fargani (Al-Faragnus), menulis
ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard
Cremona dan Johannes Hispalensis.
c.
Jabir Batany
d.
Musa bin Syakir
e.
Abu Ja’far Muhammad
2. Bidang
Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan
yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah. Pada masa itu telah didirikan
apotik yang pertama didunia yaitu yaitu tempat menjual obat.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Kedokteran :
a.
Ibnu Sina (Avicenna), bukunya yang
fenomenal yaitu al-Qanun fi al-Tiib.
Ia juga berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia.
b.
Ibnu Masiwaihi
c.
Ibnu Sahal
d.
Ali bin Abbas
e.
Al-Razi, tokoh pertama yang
membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang
menyusun buku mengenai kedokteran anak
3. Bidang
Optika
a.
Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythani
(al-Hazen), terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim
cahaya ke benda yang dilihatnya. Menurut teorinya, bendalah yang mengirim
cahaya ke mata
4. Bidang Kimia
Ilmu kimia yang termasuk salah satu ilmu pengetahuan ynag dikembangkan oleh
kaum muslimin. Mereka melakukan pemeriksaan dari gejala-gejala dan mengumpulkan
kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa dan untuk mencari
kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu pengetahuan.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Kimia :
a.
Jabir ibn Hayyan, ia berpendapat
bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau
perak
b.
Ibn Baitar
5. Bidang
Matematika
Diantara ilmu lain yang dikembangkan pada masa pemerintahan Bani Abbas
yaitu adalah ilmu hisab / Matemaika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhan dasar
pemerintah untuk menenukan waktu yang tepat dalam setiap pembanunan.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Matematika :
a.
Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi,
yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu al-Jabar.
b.
Tsabit ibn Qurrah al-Hirany
c.
Musa bin Syakir
6. Bidang
Sejarah
Pada masa ini, kajian sejarah masih terfokus pada tokoh atau /
peristiwa tertentu misalnya, sejarah hidup nabi Muhammad SAW. Dalam
perkembangan pada ilmuan/sejarawan tidak menjadikan hadist berupa perkataan.
Perbuatan Nabi Muhammad SAW, dan menentukan suatu hukum, juga masalah logis /
rangkaian peristiwa.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Sejarah :
a.
Al-Mas’udi, diantara karyanya
adalah Muruj al-Zahab wa Ma’adin
al-Jawahir
b.
Ibn Sa’ad
7. Bidang
Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat islam pada masa pemerintahan
dinasti bani Abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Penerjemah tidak hanya
melakukan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia,
India, Syiria, saja, juga mencoba mentransfernya kedalam bentuk pemikiran.
Proses ini biasanya disebut dengan istilah Hellenisasi.
Tokoh-Tokoh Penting Didalam Perkembangan ilmu Filsafat
islam adalah :
1.
Al – Kandi (185-260 H / 801 – 873
M)
Ia adalah filosuf muslim pertama yang berasal dari suku Kinbad. Ia
mengatakan antara filsafat dan dengan agama tidak ada pertentangan dan tidak
perlu dipertentangkan, karena keduanya sama-sama mencari kebenaran.
Dalam catatan M. M Syarif, al – Kindi memiliki karya sejumlah 270 buah,
berupa tulisan yang mencakup pemikiran ilmu pengetahuan lain, seperti filsafat,
kedokteran, logika, ilmu hitung, music, astronomi, psikologi, politik dan
lain-lain
2.
Abu Nasr al-Faraby
Ia merupakan salah seorang filosuf yang memiliki wawasan pengetahuan
cukup luas.
3.
Ibnu sina
Ibnu sina adalah salah seorang ilmuan dan filosuf muslim yang gemar
mencari ilmu pengetahuan. Diantara kedokteran, yang kemudian dituangkan dalam
bentuk karya yang sangat monumental yaitu al – Qanunfi al – Thibb (ensiklopedia
kedokteran) karya ini menjadi bahan rujukan para ilmuan dan dokter dunia hingga
abad ke 18 M. diantara pemikiran filsafat yang dikembangkannya adalah filsafat
jiwa, filsafat wahyu dan nabi, serta filsafat wujud.
4.
Ibnu Bajjab (533 H / 1138 H)
Selain menguasai filsafat, Ibnu Bajjah juga menguasai tata bahasa dan
sastra arab.
5.
Ibnu Tbufail (581 H / 1186 H)
Ia adalah seorang ilmuan filosuf kenaman pada masa itu, selain
menguasai bidang filsafat ia ia juga menguasai ilmu pengetahuan, seperti
kedokteran, matematika dan sastra arab.
6.
Al – Ghazali (1059 – 1111 M)
Al – Ghazali dalam karya ini sebenarnya ia ingin mencari kebenaran yang
hakiki ia tidak mau percaya beitu saja dengan pemikiran orang lain dalam bidang
kalam dan juga dalam bidang Filosifis tidak menemukan, dan yang dikatakannya
telah Rancu.Ketika Al – Ghazali tidak menemukan argumen yang kuat dalam kedua
bidang tersebut, akhirnya melakukan pencarian diri mengenai hakikat yang
sebenarnya, semua itu ditemukan dalam bidang tasawuf.
7.
Ibnu Rusyd (520-595 H / 1126 –
1196 M)
Nama lengkapnya adalah Abu al Khalid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad
bin Rusd, ia lahir di Cordova pada tahun 520 H / 1126 H, ia lahir dan
dibesarkan dalam lingkungan keluarga tedidik, sehingga ia menjadi orang yang
terdidik pula. Diantra karyanya yang hingga kini masih dapat ditemukan adalah
Bidayah al – Mujtahid, yang bahasa ilmu hukum, dan kitab al – Kulliya, yang
membahas ilmu kedokteran. Selain itu ia juga banyak melakukan komentar terhadap
hasil karya pemikiran Aristoteles, sehingga ia dikenal sebagai seorang
komentator Aristoteles kenamaan, karena kritik dankomentarnya sangat
tajam.Kalau dibarat (Spanyol) Ibnu Rusyd dikenal sebagai komentator terhadap
pemikiran Aristoteles, didunia timur ia dikenal sebagai filosuf yang membela
pemikiran para Filosuf dari serangan Al – Ghazali. Karyanya dalam bidang ini
tertuang dalam Fashl al – Maqail fi ma Baina al – Hikmah wa al – Syar’iyyah min
al Ittishal
Dari karya mereka inilah kemudian bangsa-bangsa barat mencapai masa
kejayaan, karena mereka mulai terbuka pemikiran dan wawasanya semakin bertambah
dengan menerjemahkan karya umat islam kedalam bahasa Yunani (Eropa). Dari
situlah dikenal masa Aufklarung, Renesaince, yang melahirkan suatu zaman
industri yang disebut revolusi industry.
8. Bidang
Tafsir
Metode
ke-2 disebut tafsir Dirayah Tafsir bir al-Ra’yi atau bi al-Aqli yaitu
menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak daripada hadis. Pada
masa Bani Abbasiyyah ini ditandai degan munculnya kelompok Mu’tazilah yang
tidak terikat oleh Al-Hadis maupun perkataan sahabat atau aqwal al-Sahahah
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Sejarah :
a.
Ibn Jarir ath Tabary
b.
Ibn Athiyah al-Andalusy
c.
Abu Bakar Asam
d.
Ibn Jaru al-Asady
9. Bidang
Hadist
Pada abad ke-2 dalam pembukuan hadits yaitu pembukuan yang berdiri
sendiri terlepas dari sistematika fiqih dan tidak dimasukkan ke dalam aqwal
Al-Shahahah dan fatawa Al-Tabi’in.Tokoh yang terkenal di bidang ini adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Mughiroh bin Mardizah al-Bukhori.
Ia lahir di kota Bukhara pada tahun 194 H.
Sanad adalah orang yang mendengar atau menerima hadis dari Rasulullah SAW,
lalu menceritakannya kembali kepada orang lain. Matan adalah isi atau kalimat
dari sabda atau hadis Rasulullah SAW. Rawi
adalah orang yang meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah SAW.
Diantara guru hadis yang sempat didatangi adalah Ishak bin Rahwi dan
Ali Al-Mada’ini. Imam Al-Bukhori menghasilkan sebuah karya dlaam bidang ilmu
hadis yang sangat manual yaitu kitab Al-Shahih Al-Bukhori.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Hadist :
a.
Imam Bukhori
b.
Imam Muslim
c.
Ibn Majah
d.
Baihaqi
e.
At-Tirmizi
10. Bidang Kalam
Akulturasi budaya yang disebabkan oleh mengglobalnya islam sebagai
agama peradaban menimbulkan tantangan – tantangan baru bagi para ulama.
Menurut
A. Hasymy, lahirnya ilmu kalam karena 2 faktor
1.
Untuk membela islam dengan
bersenjatakan filsafat sepetihalnya musuh memati senjata itu
2.
Karena semua masalah termasuk
masalah agama, telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam bidang Kalam :
a.
Al-Asy’ari
b.
Imam Ghozali
c.
Washil bin Atha
11. Bidang
Geografi
Dalam tradisi islam, ilmu bumi tidak bisa dipisahkan dengan astronomi.
Ahli bumi pertama dalam sejarah islam adalah al – Kalbi, yang termasyur pada
abad ke – 9M khususnya dalam studinya dikawasan Arab. Kemudian pada masa Abad
ke 10 M, al – Astakhri menerbitkan buku geografi negeri-negeri islam dengan
peta berwarna. Al-Biruni pada awal abad ke – 11 M melengkapi karya al-Astakhri
ini dengan menerbitkan buku geografi Rusia dan Eropa Utara.
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Geografi :
a.
Syarif Idrisy
b.
Al-Mas’udi
12. Bidang
Tasawuf
Berusaha mendekatkan diri pada Tuhan melalui jalan atau tahapan-tahapan
yang disebut maqam.
Tahapan
atau maqam yang mesti dilalui oleh para sufi adalah :
a.
Zuhud adalah kehidupanyang
telah terbebas dri mentari duniawi. Tokoh yang masuk kategori ini adalah Sufyan
As-Sauri (97-161 H/716-778 M), Abu Hasyim (w. 190 H).
b.
Muhabbah adalah rasa cinta
yang sangat mendalam kepada Allah SWT. Tokoh terkenal adalah Rabi’ah A-Adawiyah
(w. 185 H/801 M)
c.
Ma’rifat adalah pengalaman
ketuhanan. Pada ucapan Zun Nun Al-Misri dan Junaid Al-Baghdadi. Zun Nun Al
–Misri lahir di Akhmim pada tahun 155-245 H / 772-860 M.
d.
Fana dan baqa adalah suatu
keadaan dimana seorang sufi belum dapat menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum
menghancurkan dirinya. Tokoh pertama kali adalah Abu Yazid al-Bustami (w.874
M).
e.
Ittihad dan hulul adalah fase
dimana seorang sufi telah merasakan dirinya bersatu dengan Tuhan. Tokohnya
adalah Abu Yazid al-Bustami
Tokoh – tokoh Ilmuan dalam
bidang Tasawuf :
a.
Shabuddin Sahrawardi
b.
Al-Qusyairi
c.
Al-Ghozali
13.
Bidang Fiqih
Para
Fuqaha yaitu ahli fiqih yang mampu menyusun kitab-kitab fiqih. Penyusun kitab
al-Musnad al-Imam al-‘itdham atau fiqih Al-Akbar (Imam Malik) 97-179 H,
Penyusun kitab Al-Muwatha’ (Imam Syafi’i) 150-204 H, penyusun kitab al-Ilm dan
al-Fiqh al-Akbar fi al-Tauhid (Ibnu Hanbal) 780-855 M. menyusun kitab
Al-Musnad.
Fuqaha
dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1.
Ahl al-hadis yaitu golongan yang
menyadarkan kepada hadis dalam mengambil hukum (istinbath al-hukm)
2.
Ahl-al-Ra’yi adalah golongan yang
menggunakan akal di dalam mengambil hokum (istinbath al-hukm). Tokoh dalam
bidang ini adalah Imam Abu Hanifah.
Adapun para Imam Mahzab fiqih empat yang dikenal hingga kini.
1.
Imam Abu Hanifah (80 – 150 H / 699
– 767 M)
Nama lengkapnya adalah Nu’man bin Tsabit bin Zautby. Lahir
di Kufah pada tahun 80 H/699 M dikenal sebagai saudagar penjual pakaian di
Kufah, hidup diantara dua masa yaitu penghubung dinasti Bani Umayyah dan di
awal Bani Abbasiyah.
2.
Imam Malik (93 – 179 H / 716 0
795)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Amir
bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi. Lahir di
Madinah pada masa khalifah al-Walid bin Abdul Malik tahun 93 H/716 M, Wafat
pada masa Harun Al-Rasyid tahun 179 H/795 M. Terkenal dengan sebutan Imam
Dar-al-Hijrah.
3.
Imam Syafi’i
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris
al-Hasyimi al-Muthalibi bin Abbas bin Usman bin As-syafi’i. Lahir di Gaza
palestina pada tahun 150/767 M dan wafat di Mesir pada tahun 204 /820 M.
4.
Imam Hanbali (164-241 H / 780-855
M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah atau Ahmad bin Muhammad
bin Hanbal. Lahir di Bagdad pada tahun 164 H/780 M. Ia dikenal sebagai penulis
kitab hadis yaitu Musnad Ahmad bin Hanbal yang memuat 40.000 hadis.
Sumber: http://www.romadhon-byar.
com /2011 /09/ perkembangan -islam-periode-klasik.html
Oleh: Aini Nahdlia Puspita
Kelas : Akselerasi 2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar